Widget HTML Atas

Menulis Buku Harian adalah Kegiatan yang Kuno?

Di Kurikulum 2006, khusus untuk kalian yang duduk di kelas VII, ada satu materi pelajaran, menulis buku harian (diari). Menulis buku harian? Nampak kuno, bukan? Padahal, apa bedanya menulis diari dengan curhat harian di media sosial? Pada dasarnya kedua kegiatan tersebut serupa. Hanya saja, kebiasaan menulis buku harian kian ditinggalkan karena menggenggam buku semakin terasa janggal dibandingkan memegang ponsel dizaman yang sudah maju teknologinya ini.

Tahukah kalian, dibandingkan media sosial, memegang buku harian lebih membebaskan penulisnya. Tanpa ada orang lain yang melihat, tak ada gengsi atau pencitraan harus dijaga. Bahkan, mengeluarkan hal paling rahasia dan tabu sekali pun menjadi sah-sah saja di buku harian.

Buku harian bisa menjadi pendengar setia pemiliknya tanpa banyak kritik dan komentar. Ujungnya, penat dan beban pun seolah terangkat. Selain itu, aktivitas pemiliknya dapat tercatat dan tersimpan rapi. Sejarah dan buah pikiran di masa lalu pun dapat dibuka kembali dan bisa dicarikan solusi dan pelajaran nantinya.

Seperti pernah dituturkan di Kompas.com, psikoterapis Kathleen Adams pernah mengatakan bahwa terapi buku harian bisa mengajari seseorang tentang dirinya sendiri. Mendokumentasikan pengalaman dapat membantu orang mendengarkan suara dalam benak sekaligus kebutuhan tubuh.

Boleh jadi, salah satu alasan ditinggalkannya buku harian adalah citranya yang melulu soal curahan hati. Padahal, tak ada aturan baku dalam menulis buku harian. Kamu bisa mencatat apa saja, mulai jurnal gizi sampai aktivitas olahraga.
Rutin mencatat pola makan, misalnya. Kamu dapat mengatur asupan harian dan kualitas menu makanan di sini. Jika suatu hari menderita sariawan, kamu dapat mengetahui besar kecilnya asupan vitamin C hanya dengan mengacu pada catatan tersebut.

Menulis buku harian juga tidak melulu harus dalam sebuah buku. kamu bisa memilih jurnal digital untuk, seperti aplikasi diari untuk komputer. Menumbuhkan kebiasaan menulis buku harian pun mampu disiasati dengan ponsel. Jika memilih Samsung Galaxy Note 5, misalnya, kamu akan mendapatkan fasilitas yang memudahkan kegiatan menulis, bahkan dalam kondisi layar ponsel sedang mati.

Fitur off-screen writing secara otomatis akan menyala ketika kamu mengeluarkan dan menekan ujung belakang stylus S Pen. Nantinya, tulisan akan tersimpan langsung pada S Note.

Di luar kemampuan menyimpan tulisan, fitur S Note juga dapat digunakan untuk membuat gambar dan mengubah foto hasil bidikan kamera. Dengan begitu, kamu bebas menambahkan gambar agar catatan lebih bervariasi.

Sementara itu, bodi Samsung Galaxy Note 5 yang berbalut lapisan kaca dan logam, serta lengkungan pada punggungnya membuat ponsel ini terasa pas dalam genggaman. Ditambah layar datar selebar 5,7 inci, kamu akan lebih stabil saat menulis.

Memang, membangun kebiasaan menulis setiap hari bukan pekerjaan mudah, namun bukan juga satu hal mustahil. Dengan rutin melaksanakannya, kamu akan menuai beragam manfaat nantinya.

Disadur dari Kompas
Foto Shutterstock
.
Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!