Widget HTML Atas

Fenomena Iklan Masuk dalam Struktur Cerita Sinetron Televisi Kita

Pernah nonton sinetron yang di dalam alur ceritanya menyisipkan iklan suatu produk? Pasti dong?
Ya, di zaman yang serba modern ini, geliat perdagangan juga merasuk asyik ke dunia hiburan. Saling bergantung memang. Pedagang butuh promosi dan media (televisi) butuh pemasukan (income). Suatu hal yang wajar.
Namun fenomenanya semakin mengkhawatirkan karena iklan tidak hanya lewat di sela-sela tayangan utama (jeda iklan) tetapi sudah merasuk masuk dalam struktur cerita. Kita bisa saksikan tayangan sinetron (yang menjadi tayangan favorit) yang ditayangkan sebuah stasiun televisi, iklan produk masuk dalam struktur cerita. Tokoh-tokohnya melakukan adegan untuk keperluan mempromosikan produk tersebut. Misal saja sang tokoh sedang merasa kelaparan, maka muncullah tokoh lainnya yang menyarankan untuk mengonsumsi produk bubur instan cepat saji. Terjadilah dialog yang mengutip kata2 khas dari iklan produk tersebut. Lucunya, nanti di episode berikutnya ada lagi adegan yang mirip dengan dialog khas dari produk yang diiklankan kadang oleh tokoh yang sama atau tokoh yang lain. Plus lucunya lagi, sang tokoh merasa terpukau dengan keunggulan produk yang disebutkan oleh mitra dialognya seperti baru pertama mendengar. Padahal di episode sebelumnya, ia sudah pernah mendengarnya.

Sejatinya, suatu cerita mengandung unsur intrinsik yang membangun cerita dari dalam. Ada tema, latar, alur, penokohan, amanat, dan sudut pandang. Cerita terbangun menjadi menarik dengan konflik di dalamnya karena pergesekan antartokoh di latar dan alur berdasarkan tema dan amanat yang ingin disampaikan. Iklan masuk ke dalam struktur cerita, terdapat dialog iklan di dalamnya, itu sungguh mencederai cerita. Estetika suatu cerita nampak rusak diporak-porandakan oleh adegan iklan tersebut. Bikin kesal dan tak heran penonton akan mengambil remote TV dan sejenak menikmati tayangan lain dalam waktu yang dikira adegan iklan yang sudah diketahui jalan ceritanya itu, usai.

Masuknya iklan dalam struktur cerita tanpa disadari memberi akibat penonton marah bahkan mungkin jadi benci dengan produk yang diiklankan. Hmm, suatu hal yang mungkin tidak diperhitungkan oleh sutradara ataupun pengiklan. Adanya iklan, penonton akan beranjak ke stasiun TV lain sama halnya jika ada jeda iklan, penonton mengganti channel TV-nya.

Sekali lagi, memang wajar jika iklan menyisip dalam sebuah cerita tetapi menurut hemat kami, sebaiknya tidak didialogkan apalagi denga kata2 yang begitu-begitu saja yang menjadi ciri dari produk yang diiklankan.
Kalaupun ada iklan terselubung, lebih bagus seperti yang ada di film "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck". Di situ ada iklan coklat dan obat nyamuk bakar yang muncul. Tapi hanya properti yang digunakan tokoh, tidak diiklankan dengan adegan dialog antartokohnya.
Wassalam...

Gambar: ukkxtn2attinamuliana.blogspot.com
.
Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!